Glitter Text
Make your own Glitter Graphics


"blog ini banyak berisi resume perkuliahan saya selama mengikuti perkuliahan profesi kependidikan semoga dapat bermanfaat"

trio jilbab dri authis....

Kamis, 25 Maret 2010

ujian nasional

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan, persiapan untuk pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2010 akan terus berlangsung sebab hingga kini Depdiknas belum menerima putusan Mahkamah Agung (MA) terkait penolakan kasasi tentang UN.
Ujian Nasional utama yang dilaksanakan bulan Maret 2010 akan jalan seperti biasa, sebab sampai sekarang kami belum menerima dan membaca putusan MA tersebut sehingga daripada hanya menunggu lebih baik mempersiapkan pelaksanaan UN. UN 2010 akan tetap berjalan sebab pendidikan di Tanah Air membutuhkan sistem yang mapan, tidak selalu berubah-ubah dan ada kepastian.
Di sisi lain, Depdiknas akan menyiapkan diri bila isi putusan MA sama dengan hasil putusan Pengadilan Tinggi pada 3 Mei 2007. Apabila putusan MA terkait dengan putusan pengadilan tinggi, maka sesungguhnya pemerintah telah melaksanakan poin-poin yang menjadi tuntutan putusan tersebut, yakni enam poin. Namun demikian, dari enam poin putusan pengadilan tinggi tersebut tidak ada satu kata pun yang menyatakan larangan bagi pemerintah untuk melaksanakan UN. Sebagai contoh pada poin 3 disebutkan "Memerintahkan kepada para Tergugat untuk meningkatkan kualitas guru, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah di Indonesia sebelum mengeluarkan kebijakan pelaksanaan Ujian Nasional lebih lanjut".
Menurut Mendiknas, semua yang diperintahkan dalam putusan tersebut
sedang, telah, dan terus dilaksanakan karena merupakan bagian dari proses, seperti peningkatan kualifikasi guru sudah dilakukan sejak tahun 2006, perbaikan ruang kelas, pemnafaatan internet di sekolah-sekolah jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Pemerintah sepenuhnya patuh terhadap keputusan lembaga negara dan siap menjalankannya, termasuk bila ada jalur hukum lain setelah kasasi ditolak, maka masih ada peluang untuk mengaukan peninjauan kembali (PK).
Mohammad Nuh yang didampingi para pejabat eselon satu dalam jumpa pers itu mengatakan, dalam pelaksanaan UN 2010 akan dilakukan perubahan, yakni ada UN ulangan bagi peserta didik yang tidak lulus pada ujian utama dan atau ujian susulan.
"Karena itu, pelaksanaan UN 2010 waktunya lebih awal, yakni bulan Maret 2010, kemudian ada ujian nasional susulan bagi peserta didik yang berhalangan karena berbagai alasan. Setelah itu pada bulan Mei 2010 dilaksanakan UN ulangan, sehingga peserta didik baik yang lulus pada UN utama atau UN ulangan tetap berkesempatan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri," tambahnya.
Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan kasasi yang diajukan pemerintah terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sehingga dengan putusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa UN yang selama ini dilakukan pemerintah adalah cacat hukum, dan selanjutnya UN dilarang untuk diselenggarakan.
Pemohon dalam perkara tersebut yakni pihak negara RI cq Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Negara RI cq Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla --saat permohonan itu diajukan--, Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo --saat permohonan itu diajukan.
Dalam putusannya, MA juga membebankan para pemohon kasasi/para tergugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp500 ribu.
Adanya putusan tersebut, sekaligus menguatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta pada 3 Mei 2007, namun pemerintah tetap menyelenggaran UN untuk 2008 dan 2009.
Pemerintah dianggap telah lalai dalam meningkatkan kualitas guru baik sarana maupun prasarana, hingga pemerintah diminta untuk memperhatikan terjadinya gangguan psikologis dan mental para siswa sebagai dampak dari penyelenggaran UN.

Minggu, 21 Maret 2010

Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Nasional

Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Nasional


Paradigma : cara pandang

Trend : kecenderungan

Trend saat ini dan di masa depan

  1. Kompetitif ; persaingan (tidak semua jadi pemenang)

Berhasil dalam kompetitif harus ada:

a. Usaha atau upaya

b. Kemauan dan kemampuan (dari belajar)

c. Mau mengikuti aturan

  1. Transparan

Harus mampu bersikap fair (adil).

  1. Spesialis

Seseorang yang bekerja sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki akan banyak dicari dan dihargai lebih.

  1. Professional

Seseorang dapat dikatakan profesional jika memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Melakukan yang terbaik dengan memanfaatkan apa yang dimiliki, juga memberikan kepuasan.
  • Menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengembangkan kemampuan.
  • Tidak puas dengan apa yang sudah dilakukan, meningkatkan terus kemampuan.
  • Mempunyai ilmu serta kode etik / aturan.
  1. Dinamis

a) Inventing (menemukan); dengan adanya penemuan harus berani sedikit melanggar aturan (breaking rules)

b) Eksperimenting (melakukan percobaan); dengan melakukan percobaan kemungkinan besar akan melakukan kesalahan (making mistakes)

c) Growing (bertumbuh); dengan semakin bertumbuh harus berani ambil resiko (taking risks)

  1. Adaptif

Harus bisa menyesuaikan diri dan bersosialisasi. Seperti kata pepatah “Dimana bumi dipijak disitu bumi dijunjung.”

Tuntutan terhadap kompetensi SDM

  1. Pengetahuan / wawasan global
  • Konseptual yang integratif & aplikatif.
  • Orientasi pada solusi, inovasi dan kreatifitas.
  • Nilai-nilai universal (lintas budaya).
  1. Ketrampilan global
  • Komunikasi multi budaya.
  • Pemanfaatan teknologi informasi.
  • Pengembangan intelektual, emosional dan adversity skill.
  1. Sikap dan perilaku
  • Dinamis dan fleksibel
  • Inisiatif dan proaktif
  • Inovatif dan kreatif
  • Mandiri atau survive

Menurut Daniel Golman, Emotional Question (EQ) dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Dimensi individual, sukses jika bisa mengatur diri sendiri. Dapat berupa kemampuan untuk memotivasi dan mengendalikan diri.

b. Dimensi sosial, berupa empati dan komunikasi inter personal.

Adversity Question dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Quiter, orang yang tidak punya keberanian atau selalu bergantung kepada orang lain.

b. Camper, sudah merasa dalam zona nyaman, sudah merasa cukup dan puas diri.

c. Climber, selalu berusaha mencari tantangan baru.

Manajemen Berbasis Sekolah

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Manajemen berbasis sekolah (School Based Management), artinya penerapan manajemen yang melihat keadaan di sekolah.

Sekolah bermutu : bersifat kreatif dan mempunyai otoritas.
Sekolah tidak bermutu : bersifat tunggu disuruh dan tidak kreatif.

Latar belakang
• Program peningkatan mutu pendidikan pada masa orde baru dengan investasi cukup besar, namun mutu pendidikan masih rendah.
• Sekolah lebih mengetahui kelebihan, kelemahan dan kebutuhan dirinya.
• Pengamatan terhadap sekolah bermutu & sekolah yang turun mutunya.
• Pembinaan pendidikan selama ini lebih bersifat ” input oriented ”
• Regulasi birokrasi terhadap penyelenggaraan pendidikan terlalu ketat.
• Partisipasi masyarakat belum optimal
• Hasil studi tentang ” effective schools ”

Sekolah yang memiliki kebijakan manajemen sentralistik berdampak:
• Inisiatif, kreatifitas, motivasi dan tanggung jawab kurang
• Bersifat birokratik (meniru dari atas)
• Bekerja secara mekanistis dan repetitive (berulang-ulang)
• Aspirasi kurang direspon

Karakteristik
1. Kemandirian
2. Pendayagunaan sumber
3. Pemberdayaan masyarakat
4. Transparansi
5. Akuntabilitas

Essensi umum MBS
a. Ada frame work (kerangka acuan) nasional.
b. Ada national lines (garis besar secara nasional).
c. Perbedaan pengelolaan sekolah negeri & sekolah swasta tidak terlalu besar.
d. MBS tidak dengan sendirinya (otomatis) meningkatkan mutu pendidikan.

Ciri sekolah efektif, antara lain:
a. Lingkungan tertib & aman.
b. Memiliki visi, misi dan target jangka pendek yang jelas.
c. Kepemimpinan yang kuat.
d. Pengembangan staff.
e. Tingkat harapan yang tinggi.
f. Evaluasi untuk perbaikan proses belajar mengajar.
g. Partisipasi orang tua & masyarakat.
h. Adanya komitmen untuk bersama-sama meningkatkan mutu.

Tujuan MPMBS
1. Meningkatkan mutu melalui kemandirian & inisiatif sekolah.
2. Mengoptimalkan sumber daya sekolah.
3. Meningkatkan motivasi & kepuasan kerja staff sekolah sebagai profesional
4. Meningkatkan tanggung jawab sekolah terhadap stakeholder pendidikan.
5. Memacu motivasi kompetisi yang sehat antar sekolah.

Langkah MPMBS
• Evaluasi diri (self assesment).
• Perumusan visi, misi dan target yang jelas.
• Perencanaan program kegiatan.
• Pelaksanaan program kegiatan.
• Monitoring & evaluasi program.
• Penetapan target mutu baru.

Kontrol Pelaksanaan
a. Transparansi manajemen sekolah
b. Akuntabilitas
c. Benchmarking (evaluasi internal maupun eksternal

Selasa, 16 Maret 2010

Teori belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

· Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

· Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

· Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

· Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

· Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.